Урок 30.1

Урок 30

Тексты для чтения

Sepanjang Chao Phraya

Chao Phraya berarti Sungai Raja. Kenyataannya, ia memang sungai terpenting di Thailand. Bila Anda pernah bertamasya ke Bangkok, besar kemungkinannya Anda pernah melihat sungai ini, atau bahkan naik taksi air di sungai ini. Selain taksi air yang berupa perahu-perahu kecil bermotor untuk wisata sungai, sudah sejak beberapa tahun ini ada layanan terjadwal taksi air berupa speedboat yang mengantar wisatawan dari bandarudara ke hotel-hotel berbintang di Bangkok.

Bersama istri, saya pernah berkesempatan menyusuri Chao Phraya mulai dari Bangkok hingga ke kota lama Ayutthaya, 78 kilometer di utara Bangkok. Perjalanan itu kami tempuh di atas perahu yang diberi nama 'Manohra Song'. 'Manohra Song' sebetulnya adalah bargas (barge) yang biasa dipakai untuk mengangkut beras dari pedalaman Thailand, menyusuri sungai, ke pusat-pusat pemasaran. Bargas-bargas beras semacam ini masih banyak tampak di sepanjang Chao Phraya dan masih merupakan cara utama transportasi beras di Thailand.

'Manohra Song' sendiri sudah direnovasi dengan interior yang mewah. Ruang-ruang tidurnya yang tidak seberapa besar, didesain sedemikian rupa hingga terasa luas. Geladaknya yang luas menjadi ruang makan dan ruang duduk yang sangat menyenangkan. Sebagian tertutup atap, sebagian lagi terbuka untuk mandi sinar matahari. Sekalipun bargas mempunyai enam kamar untuk dua belas orang, tetapi dalam perjalanan itu kami hanya berlima.

Biaya untuk perjalanan dua hari satu malam ini dihitung untuk dua orang dalam satu kamar, sebesar AS$560. Terasa mahal, memang. Tetapi, mutu layanan yang diberikan memang sesuai dengan harga yang dibayar. Misalnya, santapan yang disajikan disiapkan dari Marriott Royal Riverside Hotel (tempat pemberangkatan kapal).

Perjalanan dimulai pada petang hari setelah waktu makan siang. Perahu melaju dengan kecepatan yang relatif lambat. Dari geladak kapal, di atas kursi malas dan segelas minuman di tangan, petang yang tidak terlalu terik dan angin semilir membuat pelayaran sangat menyenangkan.

Kehidupan desa-desa yang kami lalui tampak dengan jelas dari tempat kami bersantai. Bau masakan yang mereka masak pun tercium aromanya dari kapal. Istri saya sempat menghitung jumlah kuil yang kami lalui -sekitar empat kuil setiap mil. Populasi kuil di Thailand setara dengan populasi mesjid dan mushola di Indonesia.

Anak-anak mandi telanjang dan bermain ria di sungai, sementara ibu-ibu mereka mencuci pakaian. Kadang-kadang Lung Ed (Kakek Ed, pak tua yang menjadi jurumudi) berseru agar kami melihat ke satu arah. Ternyata, sedang ada gadis cantik sedang mandi dengan kain basah yang lekat-lekat pada tubuhnya. Tangkas juga Lung Ed itu.

Menjelang senja kami membuang jangkar di dermaga sebuah desa. Ternyata, kami akan melewati malam dengan bersandar di dermaga ini. Soalnya, generator kapal akan terlalu berisik mengganggu tidur, sehingga listrik untuk airconditioning dan lampu kapal diambil dari darat. Sementara awak kapal menyiapkan makan malam, kami berjalan-jalan ke kampung.

Makan malam itu sendiri cukup mewah. Hidangan tradisional yang disajikan dengan profesionalitas tinggi. Makan malam itu merupakan pengalaman yang istimewa dan eksklusif.

Esok paginya kami menikmati makan pagi sambil meneruskan perjalanan. Tengah hari kami tiba di Ayutthaya dan diantar turun dari perahu untuk makan siang di sebuah restoran seafood tradisional di tepi sungai. Dari sana kami diantar melihat istana musim panas Bang Pa In (milik raja) yang merupakan bangunan utama di Ayutthaya.

Setelah meninjau Bang Pa In, kami diantar kembali ke Bangkok dengan limusin. Semuanya sudah termasuk dalam paket yang kami bayar. Satu lagi pengalaman yang tidak akan mudah kami lupakan.

 

ASURANSI KESEHATAN PERJALANAN

 

Setiap perjalanan memang mempunyai risiko masing-masing. Sepasang suami-istri teman kami melakukan perjalanan ke negeri Belanda. Si suami mendadak kena serangan jantung. Lalu meninggal. Bukan saja biaya rumah sakitnya mahal, tetapi ongkos repatriasi jenazahnya pun sangat tinggi.

Seorang ibu kenalan kami yang sedang berlibur di Amerika Serikat menjadi korban tabrak lari. Tungkai kakinya patah, dan ia terkapar di jalan, ditinggal kabur si penabrak. Alhasil, keluarganya harus membayar US$30,000 untuk biaya perawatannya hingga sembuh.

Jadi, kalau Anda ingin liburan yang bebas gangguan, janganlah lupa membeli asuransi kesehatan di perjalanan sebelum berangkat. Bila perjalanan Anda adalah untuk keperluan bisnis dan dibayari perusahaan, pastikan bahwa asuransi perjalanan untuk Anda sudah diatur pula. Para sekretaris sering menganggap bahwa urusannya selesai bila tiket dan reservasi hotel untuk bosnya sudah beres. Tetapi, melupakan asuransi kesehatan di perjalanan.

Kebanyakan asuransi perjalanan yang ditawarkan berlaku untuk perjalanan di seluruh dunia. Ada yang berlaku untuk satu kali perjalanan selama dua minggu, sebulan, atau lebih. Ada pula asuransi perjalanan yang berlaku untuk beberapa kali perjalanan dalam kurun waktu tertentu.

Di hampir semua bandara di Amerika Serikat, Anda akan menemukan kios dari Mutual of Omaha yang menjual asuransi perjalanan. Kios-kios ini semakin kekurangan pengunjung karena orang Amerika kebanyakan sudah mempunyai asuransi yang lengkap, atau bisa membelinya melalui Internet. Seandainya Anda lupa mengurus asuransi perjalanan sebelum berangkat, dari kios itu Anda bisa membeli asuransi perjalanan.

Banyak perusahaan asuransi yang menawarkan jasanya melalui Internet. Salah satunya, yang menerima pembeli dari seluruh dunia (tidak hanya untuk warga Amerika Serikat), adalah www.worldtravelcenter.com . Dari situs ini saya memperoleh penawaran harga sebesar AS$150 untuk dua orang dewasa melakukan perjalanan selama dua minggu. Kalau untuk perjalanan itu Anda menganggarkan AS$5.000 (tanpa belanja!), maka biaya asuransinya cuma tiga persen.

Di Indonesia juga sudah sangat banyak perusahaan asuransi yang menjual polis asuransi kesehatan di perjalanan. Anda tinggal berbelanja  dan  membandingkan  mana  yang  memberi  coverage terbaik dengan biaya terendah. Beberapa perusahaan kartu kredit memberi bonus asuransi kecelakaan selama perjalanan bila tiket untuk perjalanan itu dibeli dengan kartu kredit.

Beberapa asosiasi perjalanan, seperti IAPA (International Airline Passengers Association) juga memberi asuransi perjalanan bagi setiap anggotanya. Dalam perhitungan saya, ini adalah cara termurah.

 

BUKITTINGGI

 

Bukittinggi bagi orang Padang adalah mirip Bandung bagi orang Jakarta. Orang Jakarta pergi ke Bandung mencari kesejukan, ketenangan, keasrian, dan makan enak. Orang Padang pun pergi ke Bukittinggi mencari kesejukan, ketenangan, keasrian, dan makan enak. Bila Padang adalah ibukota Provinsi Sumatra Barat, maka Bukittinggi adalah pusat kebudayaan Minangkabau.

Perjalanan Jakarta-Bandung identik keindahannya dengan perjalanan Padang-Bukittinggi. Di antara Jakarta-Bandung ada Puncak Pass yang asri. Di antara Padang-Bukittinggi ada air terjun dan Lembah Anai yang elok. Saya selalu singgah makan ayam jahe di Sindanglaya dalam perjalanan ke Bandung. Dalam perjalanan ke Bukittinggi saya selalu mampir di Sicincin untuk makan ketupat dengan gulai paku.

Di Bukittinggi sekarang ada hotel bagus di tengah kota, Novotel. Letaknya hanya sepelempar batu dari Jam Gadang. Dari jendela kamar di Novotel kita bisa melihat Ngarai Sianok dan puncak-puncak Singgalang dan Marapi yang mengelilingi Bukittinggi.

Pasar Ateh atau Pasar Gadang merupakan tempat belanja yang menyenangkan untuk berbagai oleh-oleh. Barang-barang kerajinan tangan khas Minangkabau juga lengkap tersedia di Pasar Gadang.

Tidak jauh dari Pasar Gadang kita bisa menemukan peninggalan Belanda berupa Benteng Fort de Kock yang menyatu dengan kebun raya dan kebun binatang. Kebun binatang Bukittinggi ini dianggap terlengkap di Sumatra, sekalipun masih jauh bila dibandingkan dengan Kebun Binatang Ragunan di Jakarta. Warga Bukittinggi suka melewatkan waktu dengan berjalan-jalan di sekeliling Kebun Raya yang teduh.

Mengunjungi Bukittinggi harus dilakukan dengan irama lambat. Maklum, hampir seluruh tujuan rekreasi Bukittinggi itu dapat dicapai dengan berjalan kaki. Benteng Fort de Kock, kebun raya  dan  kebun  binatang, serta Pasar Ateh, semuanya berdekatan dengan Jam Gadang yang menjadi pusat kota. Dari Bukittinggi kita bisa berkendara menuju Danau Maninjau menempuh rute yang terkenal dengan nama Kelok Ampek Puluh Ampek (44 kelokan). Dataran tinggi yang asri ini di zaman Belanda dulu disebut Padangsche Bovenlanden, dan dikenal karena mempunyai banyak danau (Maninjau, Singkarak, Dibaruh, Diatas) yang asri. Sayur-mayur dan buah-buahan dari dataran tinggi ini memasok kebutuhan warga Padang dan Bukittinggi, serta kota-kota kecil lain di sekitarnya.

 

Sriwijaya

 

Konsepsi tentang struktur kenegaraan dan tentang arti raja yang dianggap sebagai puncak segala hal dalam negara dan pusat dari alam semesta, masuk ke Indonesia dengan agama Hindu. Konsepsi itu diambil alih tidak oleh semua tipe negara, tetapi terutama oleh negara-negara pedalaman yang ekonominya berdasarkan sistim pertanian padi dengan irigasi di sawah-sawah.

Adapun negara-negara di Indonesia yang terletak di pantai atau pesisir dan yang ekonominya berdasarkan perdagangan maritim dengan armada-armada perdagangan yang menyeberangi laut-laut sampai jauh, rupa-rupanya kurang tersusun menurut konsep kenegaraan tersebut di atas. Negara Kutai di pantai Timur Kalimantan adalah contoh sebuah negara seperti ini.

Adapun suatu negara perdagangan lain yang amat penting, mulai muncul dalam panggung sejarah di Indonesia dalam abad ke-6, ialah suatu negara pantai yang terletak di pulau Sumatra di daerah Palembang atau di daerah kota Jambi sekarang. Negara itu yang bernama Sriwijaya, untuk beberapa abad lamanya menguasai perdagangan di laut-laut Indonesia bagian Barat.

Karena ekonominya hampir seluruhnya berdasarkan perda-gangan maka sistim politiknya sesuai dengan itu rupa-rupanya merupakan suatu negara kota, yang tidak membutuhkan suatu wilayah pedalaman yang luas dengan rakyat banyak yang hidup dari pertanian di desa-desa. Tanpa adanya konsepsi tentang raja-keturunan-dewa, maka tak dibutuhkan bangunan-bangunan candi yang megah-megah, tempat raja-raja keramat itu akan dikubur. Segala potensi dan kekuatan rakyat dapat diarahkan ke arah teknologi membangun perahu-perahu untuk armada perdagangan serta perahu-perahu perang untuk melindungi armada itu.

Adapun rumah-rumah tinggal orang, tidak hanya dari rakyat kecil,    budak,  buruh, dan tukang-tukang  di kota, tetapi  juga dari dari orang kaya, bahkan istana raja-raja dibangun dari kayu, walaupun rumah orang kaya dan istana-istana sudah tentu dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah. Bangunan-bangunan kayu itu sekarang tentu sudah hilang tak terbekas. Gambaran tentang kota-kota kuno dalam negara Sriwijaya seperti terurai diatas, dapat memberi keterangan kepada kita, apa sebabnya negara yang sejaya itu sama sekali tidak meningalkan bekas-bekasnya berupa bangunan-bangunan candi yang indah megah, atau bekas kota-kota dan pelabuhan yang luas.

 

Majapahit

 

Berbeda sekali dengan tipe negara seperti negara Sriwijaya tersebut di atas, adalah negara-negara besar di Jawa Tengah dalam abad ke-9 sampai ke-12, dan negara-negara di Jawa Timur dalam abad ke-12 sampai ke-15. Negara-negara tersebut seperti Mataram-Kuno, negara Kediri, negara Singhasari, dan negara Majapahit, adalah negara-negara yang pada dasarnya merupakan negara-negara agraris. Letaknya di daerah-daerah subur di lembah-lembah sungai, atau di lembah-lembah yang dikelilingi oleh gunung berapi, dan rakyat petaninya hidup dari becocok tanam padi di sawah. Rupanya hanya di negara-negara kuno seperti itulah konsepsi Hindu mengenai raja-keturunan-dewa diadaptasikan ke dalam kebudayaan pribumi.

Seperti apa yang kita ketahui, di antara negara-negara tersebut, Majapahitlah yang dapat mencapai puncak kejayaannya dalam pertengahan abad ke-14. Waktu itu produksi pertanian kiranya dapat menyebabkan suatu surplus, sehingga dapat dialihkan ke sektor perdagangan dan menyebabkan expansi ke tempat-tempat pantai yang strategis di seluruh Nusantara dan lebih daripada itu, ke arah barat sampai di beberapa tempat di Vietnam Selatan dan ke arah timur sampai di beberapa tempat di bagian barat dari Irian Jaya.

Golongan manakah yang waktu itu aktif dalam sektor perdagangan, agak kurang kita ketahui sekarang. Ada dugaan di antara para ahli, bahwa sektor perdagangan internasional waktu itu dilakukan oleh orang asing, ialah orang Gujarat dan Parsi yang banyak beragama Islam, dan mungkin juga orang Cina, walaupun jumlah orang Cina belum amat banyak waktu itu.

Waktu kekuasaan Majapahit mulai mundur pada akhir abad ke-14, dan kemudian selama seluruh abad ke-15, maka kekuasaan maritimnya juga tidak bisa lagi menduduki daerah-daerah strategis di seluruh Nusantara tadi. Kita kemudian bisa membayangkan bagaimana di dalam keadaan kekosongan kekuasaan tadi beberapa kota pantai di Jawa pada khususnya, dan di lain-lain tempat di Indonesia pada umumnya, yang nyatanya paling intensif berhubungan dengan pedagang-pedagang asing itu, dapat mempergunakan pedagang-pedagang itu untuk kepentingan mereka sendiri dan dengan demikian sepanjang abad ke-15 berkembang menjadi negara-negara pantai yang dapat merongrong kekuasaan Majapahit di pedalaman. Demikian timbul antara lain negara Malaka di Semenanjung Melayu, negara Aceh di utara pulau Sumatra, negara Banten di Jawa Barat, dan negara Demak di pantai utara Jawa Tengah, dan kemudian negara Goa di Sulawesi Selatan.

 

Batavia

 

Pada pertengahan abad ke-16 negara Portugis merebut pelabuhan negara Malaka yang letaknya amat strategis, sebagai pintu gerbang untuk masuk laut-laut Nusantara dari arah barat. Walaupun demikian, orang Portugis tidak lama bisa berkuasa sendiri karena  lain-lain bangsa Eropa datang berlayar sampai di daerah Nusantara untuk berdagang rempah-rempah. Demikianlah datang orang Belanda, orang Spanyol, dan orang Inggeris. Dalam persaingan sengit dan usaha untuk mencapai monopoli perdagangan rempah-rempah yang terjadi pada masa itu antara bangsa-bangsa Eropa tadi, akhirnya orang Belandalah yang berhasil menduduki tempat-tempat yang paling strategis, ialah di kepulauan Maluku Tengah (Banda, Ambon, Seram). Kemudian mereka dapat berhasil memaksakan monopoli perdagangan rempah-rempah dari kerajaan Banten, sedangkan Malaka dapat mereka rebut dari tangan orang Portugis dalam tahun 1641. Dalam pada itu orang Belanda telah mendirikan sebuah benteng dan kota pelabuhan yang kuat di tempat kota Jakarta sekarang, yang mereka sebut Batavia, dalam tahun 1619. Dengan benteng itu orang Belanda bisa menjaga dan menguasai Banten, serta hubungan pelayarannya antara Maluku dan Malaka.

 

Mataram

 

Benteng Batavia itu tidak hanya dirasakan sebagai ancaman oleh Banten, tetapi juga sebagai ancaman terhadap keamanannya oleh negara Mataram. Pusat dari negara itu serupa dengan negara Mataram delapan abad yang lalu terletak di daerah subur di antara komplex gunung-gunung berapi di Jawa Tengah, dan berdasarkan pertanian padi di sawah dengan irigasi. Mungkin bahwa negara ini merupakan suatu kelahiran kembali dari negara Mataram dari abad ke-9 dulu yang mengalami kemunduran, akan tetapi tetap hidup sebagai suatu negara pinggiran pada abad-abad kejayaan dari negara-negara Indonesia-Hindu di Jawa Timur, ialah abad ke-12, 13, 14 dan 15. Penduduk Mataram dalam abad ke-15 dan 16 terpengaruh oleh agama Islam, tetapi mereka tidak melepaskan sifat-sifat Jawa-Hindunya, dan merobah agama Islam menjadi apa yang disebut agama Jawa atau Kejawen.

Dalam rangkaian peperangan yang kemudian timbul antara negara Mataram dan orang Belanda di Batavia, Mataramlah yang terbukti tidak dapat melawan teknologi persenjataan Belanda yang lebih unggul, sedangkan secara politis mereka dirongrong oleh campur tangan orang Belanda dalam suatu rangkaian peristiwa persilisihan intern di negara Mataram tentang penggantian raja. Dalam pertengahan abad ke-18, dengan perjanjian Gianti pada tahun 1755, negara Mataram pecah dalam tiga kerajaan kecil, yang sebagai kerajaan-kerajaan boneka harus tunduk kepada suatu perusahaan dagang Belanda (VOC).

 

Orang Tionghoa di Indonesia

 

Kebanyakan orang Indonesia asli telah banyak bergaul dengan orang Tionghoa Indonesia. Tetapi sebagian besar, belum mengenal golongan-golongan penduduk ini dengan sewajarnya.

Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asal dari satu daerah di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku-bangsa yang berasal dari dua propinsi yaitu Fukien dan Kwangtung. Setiap imigran ke Indonesia membawa kebudayaan suku-bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan perbedaan  bahasanya. Ada empat bahasa Cina di Indonesia ialah bahasa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Kanton yang demikian besar perbedaannya, sehingga pembicara dari bahasa yang satu tak dapat mengerti pembicara dari yang lain.

Para imigran Tionghoa yang terbesar ke Indonesia mulai abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19 asal dari suku-bangsa Hokkien. Mereka berasal dari propinsi Fukien bagian selatan. Daerah itu merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang Cina ke seberang lautan. Kepandaian berdagang ini yang ada di dalam kebudayaan suku-bangsa Hokkien masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia. Di antara pedagang-pedagang Tionghoa di Indonesia merekalah yang paling berhasil.

Imigran Tionghoa lain adalah orang Teo-Chiu yang berasal dari pantai Selatan negeri Cina di daerah pedalaman Swatow di bagian timur propinsi Kwantung. Orang Teo-Chiu dan Hakka (Khek) disukai sebagai kuli perkebunan dan pertambangan di Sumatra Timur, Bangka dan Belitung. Orang Hakka adalah yang paling miskin di antara para pendatang  Tionghoa. Mereka bersama-sama orang Teo-Chiu dipekerjakan di Indonesia untuk mengexploitasi sumber-sumber mineral. Sejak akhir abad ke-19, orang Hakka mulai bermigrasi ke Jawa Barat, karena tertarik oleh perkembangan kota Jakarta. Kini banyak orang Hakka menetap di Jakarta dan di Jawa Barat.

Di sebelah Barat dan Selatan daerah asal orang Hakka di propinsi Kwantung tingallah orang Kanton (Kwong Fu). Serupa dengan orang Hakka, orang Kanton terkenal di Asia Tenggara sebagai kuli pertambangan. Mereka bermigrasi dalam abad ke-19 ke Indonesia, sebagian besar tertarik oleh tambang-tambang timah di pulau Bangka. Walaupun mereka mulai berdatangan ke Indonesia dalam kelompok-kelompok pada waktu yang sama dengan orang Hakka, namun keadaan mereka berlainan. Umumnya mereka datang dengan modal yang lebih besar dan mereka datang dengan ketrampilan teknis dan pertukangan yang tinggi. Di Indonesia mereka terkenal sebagai ahli dalam pertukangan, pemilik toko-toko besi dan industri kecil.

Walaupun orang Tionghoa di Indonesia terdiri dari paling sedikit empat suku-bangsa, namun dalam pandangan orang Indonesia pada umumnya mereka hanya terbagi ke dalam dua golongan ialah Peranakan dan Totok. Penggolongan tersebut bukan hanya berdasarkan kelahiran saja, artinya: orang Peranakan itu bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Indonesia, hasil perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan orang Indonesia, sedangkan orang Totok bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di negara Tionghoa. Penggolongan tersebut juga menyangkut soal derajat  penyesuaian  dan akulturasi dari  pada  orang Tionghoa itu terhadap kebudayaan Indonesia yang ada di sekitarnya, sedangkan derajat akulturasi itu tergantung kepada jumlah generasi para pendatang itu telah berada di Indonesia dan kepada intensitas perkawinan campuran yang telah terjadi di antara para pendatang itu dengan orang Indonesia. 

 

Словарь

alam semesta вселенная
merongrong подтачивать, подгрызать, подрывать
ambil alih брать под контроль, брать в свои руки, конфисковать, 
bercocok tanah (tanam) заниматься земледелием
dipekerjakan использовались
kemunduran ухудшение, отсталость, 
keramat святой, священный, святыня
ketrampilan умение, искусство, мастерство
kuli неквалифиц. рабочий
lembah долина, низина
memaksakan навязывать
pesisir берег моря
rakyat banyak народные массы
rempah-rempah специи
sebenarnya действительно, в самом деле, строго говоря , фактически
sedangkan  тогда как, в то время как 
semesta весь, всеобщий
sengit острый, ожесточенный
sewajarnya на самом деле, как подобает
sifat характер, свойство, нрав, качество, склонность
sudah tentu конечно, несомненно
surplus избыток, излишек
tunduk склоняться, нагибаться, покоряться, подчиняться
unggul отличный, превосходный, победить, восторжествовать
uraian анализ, разбор, пояснение
VOC Объединенная Ост-Индская Компания

 

Теги

Индонезийский для безразличных