Урок 22.2

Урок 22

Текст 2

Restrukturisasi PBB

Utusan Indonesia pada sidang pleno Majelis Umum PBB menyerukan agar PBB hanya dijadikan sebagai sarana bersama untuk mencapai tujuan bersama semua bangsa, bukan untuk tujuan sempit sesuatu anggota.

Dalam hubungan ini Adian Silalahi yang mewakili Indonesia dalam sidang pleno majelis itu, mengingatkan adanya negara-negaraanggota yang masih terus menggunakan forum PBB untuk kepentingan sendiri daripada untuk mencapai tujuan bersama.

Ini palaing mencolok mata dalam kegiatan Dewan Keamanan yang acap kali menerima keputusan-keputusan untuk kepentingan Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya. PBB, katanya, harus menjadi sebuah kerangka kerja sentral yang efektif, sebuah tata dunia baru yang adil. Dia melihat restrukturisasi PBB di bidang ekonomi dan sosial sudah saatnya dilakukan karena bidang ini selalu tertinggal ditangani selama masa Perang Dingin.

Karena itu, katanya, fungsi Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) harus diperkuat dan ditingkatkan, agar bisa efektif menangani  krisis  pembangunan, kemiskinan negara berkembang, dan terus melebarnya jurang pemisah antara negara maju dan negara berkembang.

Pada hematnya, ECOSOC dapat berperan penting dalam memacu pelaksanaan gagasan-gagasan besar ekonomi internasional seperti dialog Utara-Selatan.

Dia  menyerukan  agar  upaya  restrukturisasi  itu  juga  meliputi semua mekanisme ekonomi dan sosial PBB tingkat bawah dan regional, terutama yang terbukti tidak efektif menjalankan fungsinya.

Namun dia menghendaki pelaksanaannya secara bertahap dan tetap mempertimbangkan kepentingan negara-negara sedang berkembang. PBB menurutnya harus memajukan perwakilan keanggotaan yang merata dan berimbang pada semua badannya dan membuat proses pengambilan keputusannya lebih demokratis dan terbuka.

Majelis Umum PBB memulai pembahasan masalah restrukturisasi PBB di bidang ekonomi dan sosial yang merupakan agenda baru persidangan.

Semua pembicara menyatakan PBB selama ini telah mencapai kemajuan dalam penanganan masalah politik dan keamanan, tapi belum berhasil di bidang ekonomi dan sosial.

Mereka berpendapat meredanya ketegangan dunia dengan berakhirnya Perang Dingin akan bisa membuat PBB memusatkan perhatian pada upaya kesejahteraan manusia lewat peningkatan pembangunan ekonomi dan sosial. Namun umumnya melihat badan PBB yang menangani masalah ini belum bekerja secara efektif dan efisien. Terlalu banyak badan khusus dibentuk untuk tugas ini seperti  Dewan Pangan Dunia, Program Pangan Dunia dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. Utusan Kanada menyerukan duplikasi seperti itu dihilangkan dan ditingkatkannya keikutsertaan para pakar dan Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional, di dalamnya.

Utusan negeri Belanda  yang berbicara atas nama 12 negara Masyarakat Ekonomi Eropa, juga menyerukan restrukturisasi Sekretariat Jenderal.

Sedang utusan RRT yang juga mengakui pentingnya restrukturisasi menginginkan pengkajian yang lebih mendalam tentang sebab-sebab ketidakefektifan badan itu. Dia menunjuk antara lain sebabnya adalah kurangnya kemauan politik beberapa negara kepada badan-badan itu, serta ditepatinya komitmen keuangan mereka kepada PBB.

 

Словарь

agenda повестка дня, 
berimbang уравновешенный, сбалансированный
berkembang развиваться, расцветать 
bertahap поэтапный,
duplikasi дублирование
efisien эффективный, действенный
gagasan идея, мысль, замысел
hemat мнение, точка зрения, экономия
jurang пропасть, ущелье, долина
keanggotaan членство,
keikutsertaan участие,
kerangka остов, каркас, эскиз, останки, скелет
kesejahteraan процветание, благосостояние
ketegangan напряженность,
komitmen обязательство,
lembaga учреждение, орган
masyarakat общество, общественный
melebar расширяться, распространяться
memacu торопить, подгонять, пршпоривать, гнать
menangani заниматься чем-л, рассматривать, изучать
mencolok колоть, прокалывать
mencolok mata бросаться в глаза,
merata ровный, гладкий
meredanya снижение, уменьшение
pakar специалист,
pangan продовольствие, еда, пища, просо
pemisah разделительный, разделяющий
penanganan рассмотрение, изучение
pengkajian изучение, теория, обучение
restrukturisasi реорганизация,
sidang pleno пленарное заседание
swadaya самообеспечение, опора на свои силы
terbukti доказан, обоснован
utusan представитель, посланник, делегат

 

Грамматический комментарий

1. Заимствованный из санскрита префикс swa- (сам, свой)

используется для образования некоторых существительных и прилагательных.

swakarya

- самодеятельный (karya –творение, труд, дело)

swalayan

- самообслуживание (layanan – обслуживание)

swasiswa

- самоучка (siswa – ученик)

swadaya

- самообеспечение (daya – сила, усилие)

swapraja

- самоуправление (praja – государство, управление)

 

Упражнения

 

Упражнение 1.

Ответьте на вопросы.

Mengapa masih ada anggota yang mencoba menggunakan PBB untuk kepentingan sendiri? Apa yang diusulkan untuk mencegah itu? Bidang apa dalam kegiatan PBB masih tertinggal? Dewan Ekonomi dan Sosial harus memperkuat fungsi apa? Apakah PBB mempertimbangkan kepentingan-kepentingan negara-negara sedang berkembang? Dalam penanganan masalah apa PBB sudah mencapai kemajuan? Apa sebabnya PBB justru sekarang bisa memusatkan perhatian pada pembangunan ekonomi dan sosial? Badan-badan apa bekerja dalam lapangan itu?  Utusan Kanada menyerukan untuk apa? Utusan RRT mengakui apa?

 

Упражнение 2.

Составьте предложения.

Sidang pleno, utusan, mencapai tujuan bersama, kerangka kerja, tata dunia baru, menangani bidang, negara berkembang, jurang pemisah, komitmen,   swadaya,   pelaksanaan   secara   bertahap,   perwakilan, keanggotaan yang merata dan berimbang, agenda, pakar, kesejahteraan rakyat, gagasan.

 

Упражнение 4.

Переведите на индонезийский язык.

Рассматривать вопрос, международная напряженность, финансовые обязательства, дублирование функций, реорганизация учреждения, развивающиеся страны, использовать в своих интересах, народное благосостояние, повестка дня, представитель президента, по мнению специалистов, эффективный замысел, собственные силы, более тщательное изучение, решать продовольственную проблему.

 

Упражнение 5.

Переведите на индонезийский язык.

Уже доказано, что ваше учреждение дублирует другие правительственные органы. С точки зрения представителя министерства иностранных дел, этот вопрос требует дополнительного изучения. Пропасть, разделяющая эти две партии, становится все глубже. Представитель Нидерландов на сессии Генеральной Ассамблеи ООН голосовал за поэтапное решение конфликта. Многие выступавшие на собрании высказывались за реорганизацию работы отделов, занятых закупками продовольствия для населения северных районов страны. К сожалению, все, что мы имеем, вы хотите использовать только в своих собственных интересах. Сегодня в повестке дня только один вопрос – прием в нашу организа-цию  новых  членов.   Что наиболее  бросается в глаза, так это эффективная работа  молодых специалистов.  Разрядка международной напряженности – крупный успех политики всех государств-членов ООН. На такой ровной дороге можно развить очень большую скорость. Ваша идея очень интересная, но я должен еще раз обдумать ее. На пленарном заседании Генеральной Ассамблеи по рекомендации Совета Безопасности рассматривался восточно-тиморский вопрос. Не стоит меня подгонять, я обязательно сделаю всю работу точно в срок. Очевидно, нам остается надеяться только на самообеспечение. "Принимать решения надо более демократично", - так заявили представители всех развива-ющихся государств. Каркас нового здания может выдержать самое сильное землетрясение. Сейчас влияние центральных органов распространяется только на некоторые прилегающие к столице районы.

 

Упражнение 6.

Переведите на русский язык.

USULAN Indonesia selaku Pemimpin Gerakan Nonblok (GNB) yang menghendaki restrukturisasi PBB dilontarkan kepada Sekjen PBB, Boutros Boutros-Ghali ketika menghadiri peringatan ke-40 Konferensi Asia Afrika (KAA) di Gedung Merdeka, Bandung. Sekjen PBB menanggapi usulan GNB itu dengan sikap yang pesimis. Menurut Butros-Ghali, perubahan struktur di tubuh PBB merupakan suatu proses yang kini sedang berlangsung. Namun demikian, terlalu dini mengharapkan suatu perombakan secara mendasar dan drastis di PBB, khususnya yang menyangkut hak veto. Selanjutnya Boutros-Ghali mengatakan bahwa terlalu besar kendala untuk melakukan penghapusan hak veto seperti yang diusulkan oleh GNB yang dimotori oleh Indonesia. Alasan mengapa mengapa restrukturisasi PBB sangat tidak mungkin untuk saat ini, menurut Sekjen PBB itu adalah karena untuk menghapus hak veto harus mengubah Piagam Pembentukan PBB. Dan untuk mengubah piagam itu, sudah tentu akan berhadapan dengan veto lima anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.

Tidak adil Usulan Indonesia tentang restrukturisasi PBB dapat dipahami, karena hal itu sangat mendesak agar PBB mampu memainkan perannya yang efektif, adil, dan melayani kepentingan mayoritas anggotanya, dan tentunya bukan untuk melayani kepentingan sempit sekelompok negara besar, khususnya negara-negara Barat.

Saat ini peran PBB memang banyak dirasakan tidak adil dan semena-mena. Lihat saja bagaimana negara-negara besar, khususnya AS yang mengatasnamakan PBB untuk menjatuhkan hukumannya kepada Irak, padahal negara itu telah kalah dalam Perang Teluk dan telah memenuhi semua tuntutan PBB agar menghancurkan senjata-senjata pemusnah massalnya. Dalam hal ini, PBB sangat dikendalikan oleh AS dan hukuman PBB terhadap Irak sangat dipaksakan oleh negara adidaya itu, sekalipun masyarakat internasional tahu bahwa rakyat Irak sangat menderita sekali.

Di bawah kepemimpinan Indonesia, negara-negara anggota GNB kini mempertanyakan kembali peran PBB yang dinilai tidak adil dalam melayani kepentingan negara-negara anggota yang lemah, yang mayoritas dalam keanggotaan GNB. Sekaligus GNB juga menghendaki perubahan besar yang sangat mendasar dari peran organisasi   dunia  itu.   Dan  perubahan  besar  itu  diartikan   sebagai restrukturisasi yang mengarah kepada demokratisasi PBB, agar organisasi dunia ini bisa efektif melayani kepentingan mayoritas anggota PBB yang juga menjadi anggota GNB. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa peran PBB saat ini dinilai sudah ketinggalan zaman, tidak relevan dan tidak tanggap dengan berbagai masalah internasional dalam suatu dunia yang telah mengalami perubahan secara besar-besaran dan mendasar. Dalam banyak hal, peran PBB dinilai sangat merugikan kepentingan negara-negara anggota GNB yang disebut kelompok Selatan. Sementara di lain pihak, negara-negara industri maju dan kaya merupakan kelompok Utara dan merupakan kelompok kecil anggota PBB. Tetapi kelompok Utara mendominasi dan sangat menentukan macam peran apa yang harus dilakukan oleh organisasi dunia itu. Atas dasar persoalan inilah tentunya restrukturisasi PBB adalah suatu kebutuhan yang sangat mendesak.

Restrukturisasi merupakan suatu upaya agar PBB dapat mendemokratisasikan perannya, sehingga organisasi dunia ini mampu menjawab dan berbuat lebih banyak dalam menanggulangi berbagai masalah yang muncul dengan perkembangan-perkembangan baru yang sangat pesat sebagai hasil perubahan besar dan mendasar dalam pasca-Perang Dingin dan ambruknya Uni Soviet. Dengan perkataan lain, restrukturisasi PBB dimaksudkan untuk mengefektifkan peran organisasi dunia itu  yang   mencerminkan   kepentingan  dan  aspirasi  yang  timbul dan berkembang cepat dari sebagian besar anggota PBB yang merupakan  negara-negara  Selatan,  dan  sekaligus  negara-negara anggota GNB. Sejak awal pembentukan PBB, dominasi negara-negara besar dalam organisasi dunia itu sudah tidak diragukan lagi dan tidak dapat dielakkan.

Tantangan GNB Restrukturisasi PBB merupakan suatu kebutuhan mutlak untuk mendemokratisasikan, merevitalisasikan, dan mengefektifkan peran PBB dalam menangani berbagai masalah besar pasca-Perang Dingin. Bagi negara-negara berkembang, dua masalah besar yang dihadapi. Pertama, sekalipun isu keamanan global yang dikaitkan dengan konflik besar antara AS dan bekas Uni Soviet yang dapat membawa dunia dalam perang telah lenyap, isu keamanan masih akan tetap menempati agenda global, sehubungan dengan ketegangan dan konflik baik lokal maupun regional. Dalam hal ini negara-negara berkembang atau Selatan masih dan akan menjadi ajang ketegangan dan konflik. Kedua, dalam proses globalisasi yang berlangsung cepat yang memaksa negara-negara maju dan kaya memberlakukan wilayah perdagangan bebas dan dikhawatirkan menjurus kepada pembentukan blok-blok ekonomi dan perdagangan (seperti NAFTA dan Pasar Tunggal Eropa) yang dimaksudkan sebagai penggabungan power dan wealth dan dalam suatu tatanan politik dan ekonomi internasional yang didominasi oleh negara-negara industri maju, proses change and development di banyak negara berkembang berlangsung sangat lamban dan tersendat-sendat.

Ini merupakan masalah besar pula yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Persoalan ini hanya dapat ditanggulangi jika ada pembaruan  tatanan  politik  ekonomi  internasional.  Oleh  karena itu, melalui mekanisme PBB dua masalah besar yang dihadapi negara-negara yang tergabung dalam GNB diharapkan dapat ditanggulangi. Namun syarat bagi keberhasilan PBB dalam menangani dua masalah besar itu, adalah restrukturisasi organisasi dunia. Persoalan kemudian adalah mampukah GNB meningkatkan power-nya dengan memperbesar kapabilitas ekonomi dan politik antaranggotanya? Kenyataan menunjukkan banyak anggota GNB masih mempertahankan secara kuat hubungan-hubungan politik dan ekonomi mereka dengan negara-negara Utara. Sementara itu hubungan antaranggota sesama negara berkembang apakah itu dalam GNB atau persekutuan regional dan lain sebagainya, masih demikian lemah. Dan ini merupakan masalah dan tantangan bagi GNB sendiri.

 

PERLU SEGERA RESTRUKTURISASI DEWAN KEAMANAN PBB

Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan sebagai Ketua Gerakan Non-Blok (GNB), sejak awal menilai perlunya restrukturisasi PBB dengan melihat perkembangan internasional. Indonesia dan GNB telah berperan aktif dalam upaya merestrukturisasi Dewan Keamanan (DK) dan memperkuat peran PBB dalam masalah ekonomi dan pembangunan. Demikian dikatakan Direktur Organisasi Internasional Ditjen Politik Deplu RI Dr Hassan Wirajuda SH pada peringatan 50 tahun PBB di Universitas Hasanuddin.

Hassan mengatakan, dalam struktur keanggotaan DK PBB terdapat kepincangan antara perwakilan  negara berkembang dengan negara maju dan pembagian antara kelompok kawasan. Dari kelima anggota tetap, hanya Cina dari negara berkembang, dan dari 15 anggota DK belum terjadi pembagian yang adil antara kelompok kawasan. Belum ada satu pun anggota dari kawasan Amerika Latin dan Afrika. Dalam perluasan keanggotaan yang menonjol antara lain adalah usul dari negara maju, agar Jepang dan Jerman duduk sebagai anggota tetap DK. "Kalau Jerman dan Jepang masuk, maka anggota tetap akan menjadi tujuh, enam di antaranya negara maju. Jadi yang pincang akan lebih pincang lagi. Karena itu kita tidak setuju, dan semua negara berkembang juga menolak," katanya.

Menurut Hassan, harus diakui kontribusi Jepang dan Jerman dalam kemampuan ekonomi yang makin besar dalam upaya pemeliharaan perdamaian, tapi jangan dalam pembicaraan mengenai penambahan hanya memasukkan Jepang dan Jerman saja. Harus juga dalam kerangka perluasan secara menyeluruh. Perlunya restrukturisasi ini diangkat oleh negara-negara berkembang yang melihat sejak tahun 1945, PBB sebagai badan dunia lebih banyak mementingkan negara-negara besar.

Tidak hanya negara-negara berkembang, tetapi negara-negara maju seperti Korea Selatan dan Jepang juga menuntut demokratisasi serta reformasi PBB, termasuk perluasan dan penambahan anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB. Tuntutan ini selaras dengan situasi dunia yang berkembang. Apalagi kenyataan menunjukkan, berbagai isu global tidak bisa lagi hanya dikelola dan ditangani lima anggota tetap DK PBB. Isu  demokratisasi dan restrukturisasi PBB ini cukup mengemuka pada pidato-pidato  di hari pertama Sidang Khusus Majelis Umum PBB yang diselenggarakan untuk memperingati 50 tahun usia badan dunia itu. Sampai Minggu petang sudah 50 kepala negara/pemerintah/ketua delegasi menyampaikan pidato baik dari negara maju maupun berkembang.

Sementara Presiden Soeharto baru akan menyampaikan pidatonya Senin petang. "Berapa lama lagi kita harus menunggu sehingga demokratisasi PBB dan kemerdekaan serta kesetaraan kedaulatan negara-negara menjadi kenyataan?" kata Presiden Kuba Fidel Castro Cruz - yang kehadirannya di New York merebakkan kontroversi di antara masyarakat Amerika Serikat. Menurut Castro, hubungan internasional dewasa ini masih ditandai tekanan dari negara yang sok kuasa. Hak veto dan penyalahgunaan DK PBB telah menciptakan bentuk kolonialisme di dalam PBB sendiri. Sebab itu, Castro yang pidatonya berapi-api dengan mengacung-acungkan telunjuk tangan kanan itu, mengusulkan agar paling tidak dua wakil dari Amerika Latin dan Afrika mendapat posisi anggota tetap DK PBB. Ia juga mengusulkan India sebagai salah satu anggota tetap karena jumlah penduduknya yang hampir mencapai 1 milyar.

Hal senada dikemukakan Presiden Namibia Sam Nujoma, yang menuntut perluasan anggota tetap DK PBB dalam suatu mekanisme yang dapat tetap menjaga prinsip-prinsip demokrasi, kesamaan kedaulatan negara, representasi geografis yang seimbang dan transparansi. "Hanya dengan cara demikian, legitimasi DK PBB dapat  diperbaiki,"  kata Nujoma.  Lebih  jauh  Nujoma  menyatakan bahwa PBB memang jauh dari sempurna. "Tapi bagi kita, PBB merupakan satu-satunya lembaga dunia di mana negara-negara kecil seperti Namibia memiliki suara atas dasar kesamaan derajat," tutur Nujoma.

Hal demikian dikemukakan juga oleh Presiden Zambia Frederick Chiluba. Struktur PBB seperti 1945 dimaksudkan untuk melayani 50 negara yang nyaris homogen. Kini jumlah anggota empat kali lebih besar. Disparitas regional juga makin luas. "Atas nama demokrasi murni dan kesederajatan bangsa-bangsa, PBB harus diperluas atas dasar pertimbangan geografis. DK PBB juga tidak bisa lagi dianggap sebagai kelompok dewa segala kebenaran sehingga hanya beberapa gelintir negara saja yang bisa menentukan isu-isu dunia," tutur Chiluba.

Usul perluasan anggota tetap DK PBB ini selaras dengan sikap Pemerintah Indonesia. Bahkan Presiden Soeharto sewaktu masih menjadi Ketua Gerakan Nonblok sering kali mengemukakan, penambahan anggota tetap itu bukan hanya berdasarkan aspek geografi. Menurut Presiden, negara-negara berpenduduk terbesar dunia seperti India dan Indonesia serta negara-negara ekonomi maju seperti Jepang dan Jerman seyogyanya menjadi anggota tetap DK PBB.

PM Jepang Toiichi Murayama mengemukakan, DK PBB perlu diperkuat dengan cara meningkatkan efektivitas dan legitimasinya. Ini menuntut perluasan DK PBB, termasuk anggota penuhnya. Metode kerjanya juga harus diperbaiki sehingga lebih transparan. Sebab itu, Murayama   berharap  kepada  seluruh  anggota  PBB untuk mencapai suatu kesepakatan menyangkut upaya reformasi PBB ini. Hal serupa dikemukakan Presiden Korea Selatan Kim Young-sam. Ia melihat PBB perlu didemokratiskan serta perlu lebih efisien. Seluruh kawasan, katanya, selayaknya secara berimbang terwakili di DK PBB. Tapi menurut Presiden Kim, perluasan keanggotaan tetap DK PBB tidak berarti pula perluasan hak veto. Jumlah anggota dengan kekuatan veto harus dikurangi. Veto ini telah sejak lama melumpuhkan PBB, kata Kim sambil mengusulkan agar pertemuan puncak serupa diperingati tiap lima tahun sekali. Karena itu pula ia mengusulkan ada pertemuan serupa tahun 2000.

Rusia sebagai salah satu negara anggota tetap DK PBB mengakui bahwa dewasa ini terjadi perdebatan yang hangat dan serius tentang perluasan keanggotaan DK PBB.

ANGGOTA GNB DESAK RESTRUKTURISASI PBB

Debat umum hari pertama KTT GNB (Gerakan Nonblok) hari Rabu (18/10) di Cartagena, Kolombia, diwarnai dengan desakan agar GNB berusaha keras untuk merestrukturisasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB). Selain itu, para delegasi juga mendesak agar GNB memiliki komitmen nyata untuk berusaha menghapuskan jenis senjata penghancur massal, seperti nuklir. Apalagi, kenyataan menjelaskan bahwa perjuangan yang gigih untuk menentang jenis senjata pemusnah massal lain, seperti senjata biologi, telah mencapai sukses. Ketua GNB baru, Presiden Kolombia Ernesto Samper Pizano, menyatakan bahwa negara-negara   berkembang    umumnya    berharap    agar    reformasi PBB dilakukan sehingga badan dunia tersebut dapat mem-beri jawaban terhadap berbagai permasalahan kekinian. "Dunia kini terdiri dari 185 negara dengan segala permasalahan serius dan ketidakadilannya yang nyata. Sebab itu, sudah menjadi kehendak kami untuk mendemokratisasikan mekanisme dan prosedur PBB," tutur Samper.

Presiden Filipina Fidel Ramos bahkan lebih jauh menyatakan bahwa dalam kesempatan peringatan 50 tahun usia PBB itu, GNB sebaiknya bukan hanya mendemokratisasikan DK PBB, tetapi juga berusaha mendorong pembangunan sebagai persoalan yang berada di bagian atas agenda dan membawa kembali PBB pada ciri kebebasan, kesejahteraan dan demokrasi. Ramos melihat Majelis Umum PBB --satu-satunya forum di mana seluruh negara memiliki kedaulatan yang sama-- dapat melaksanakan seluruh kekuasaan dan tanggungjawabnya. "Pembahasan oleh MU PBB tentang struktur DK PBB merupakan fase yang sangat penting. Kita harus meningkatkan jumlah anggota DK PBB sehingga secara geografis tercipta keseimbangan. Jangan lupa, GNB sebagai salah satu kekuatan perdamaian dunia juga harus memiliki wakil tetap di sana," tutur Ramos.

Presiden Guyana Dr Cheddi Jagan menjelaskan, upaya menjaga keamanan dan perdamaian internasional tidak bisa lagi diserahkan kepada beberapa negara saja. Sebaliknya, kedua persoalan global itu harus sudah diurus oleh bangsa-bangsa secara kolektif. Ini berarti DK PBB harus diperkuat, katanya. DK PBB yang dibentuk setelah Perang Dunia   II  tidak   lagi  cocok  untuk  menangani   berbagai   tantangan sekarang. "DK PBB harus diperluas dengan didasarkan pada pertimbangan geografis dan kepentingan pelaksanaan fungsi secara efektif," katanya. Untuk itu, Jagan mengingatkan para anggota gerakan untuk berusaha keras guna mejamin bahwa "Keprihatinan kita diperhatikan serta DK PBB menjadi suatu instrumen di mana seluruh negara dapat mengandalkan perlindungan dari berbagai bentuk ancaman terhadap kedaulatan dan integritas masing-masing," ujarnya.

Presiden Soeharto sendiri telah beberapa kali, bahkan sejak 1992, menekankan pentingnya restrukturisasi DK PBB. Secara pragmatis, Kepala Negara melihat agar keanggotaan tetap DK PBB diperluas atas dasar dua pertimbangan, yaitu pertimbangan kekuatan ekonomi baru yang nyata serta kekuatan demografis di mana negara berpenduduk lebih dari 200 juta sebenarnya memiliki hak demografis, hak untuk menjadi anggota tetap DK PBB. Presiden juga melihat pertimbangan geografis harus mewarnai pemilihan anggota tetap baru DK PBB, sehingga seluruh anggota baru DK menjadi enam negara.

Presiden Kuba Fidel Castro, yang akhirnya datang ke Cartagena, juga menyerukan demokratisasi DK PBB, dalam bentuk penambahan anggota tetap baru: dua negara Amerika Latin, dua negara Afrika dan dua negara Asia. Ia juga mengkritik hak veto yang dimiliki anggota-anggota tetap DK PBB, yang sesukanya memanfaatkan hak vetonya dengan mengorbankan kepentingan mayoritas  negara  di dunia. Saat ini terdapat lima anggota tetap yakni AS, Rusia, Perancis, Inggris dan Cina. Dua negara industri besar, Jerman dan Jepang, disebut-sebut sebagai calon kuat untuk menjadi anggota tetap yang baru. Tidak kurang dari Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali sendiri dalam sambutannya meminta GNB untuk berperan lebih nyata. Bukan saja dalam usaha menghapus senjata nuklir, tetapi juga senjata konvensional. Boutros-Ghali ingin menyatakan bahwa GNB harus kembali berperan dalam perlucutan senjata dan upaya memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat. "Apalagi situasi dunia dewasa ini juga diwarnai dengan partisipasi, solidaritas dan kerja sama," tuturnya.

 Melihat situasi seperti itu pula, Presiden Ramos berharap agar GNB meningkatkan upayanya untuk menghapus senjata nuklir. "GNB bahkan harus meningkatkan langkah-langkah untuk menciptakan transparansi dalam pengembangan dan pemilikan senjata konvensional," ujar Ramos.

Dengan pernyataannya yang keras, PM Malaysia Mahathir Mohammad mengingatkan bahwa ketidaksepakatan para anggota GNB dalam masalah NPT (Nonproliferation Treaty)  dalam pertemuannya  bulan  Juni lalu sebagai suatu pertanda akhir era GNB. Mahathir juga mengejek sejumlah negara anggota GNB sendiri yang telah menghabiskan dana milyaran dollar untuk peralatan senjata serta pembelian senjata pemusnah massal. Padahal, katanya, pada saat yang sama rakyat di sejumlah anggota kekurangan gizi, buta huruf dan berpenyakit. "Sasaran untuk menjaga integritas nasional akan lebih mudah dicapai melalui mekanisme penyelesaian konflik secara efektif, terutama dalam tingkat regional, tanpa adanya campur tangan asing apalagi kehadiran persenjataan pemusnah," katanya.

Теги

Индонезийский для безразличных